Seoul, i WON you so much! by Frida
Prolog
Well, pertama kali kenal dunia per-korea-an itu pas duduk di bangku SMP, sekitar 15 tahun yang lalu (ooops, ketahuan usianya). Waktu itu sebenarnya dunia koreaku amat sangat terbatas, hanya lewat layar TV siaran nasional yang menayangkan beberapa judul drama korea yang sedang hits di masa itu, internet (setidaknya bagi saya) pun saat itu masih berupa teknologi masa depan yang belum kukenal. Sebut saja Endless Love (Autumn in my heart) dan All About Eve. Setidaknya kedua judul drama itu yang tidak akan pernah hilang dari memoriku. Bahkan drama All About Eve lah yang akhirnya membawa saya memilih perkuliahan jurusan Ilmu Komunikasi (tsah, jadi panjang begini).
Singkat cerita dari sanalah niat berkunjung ke negeri (yang kata orang negeri Ginseng) itu muncul. Meski sebenarnya niat itu hampir sama dengan bercita-cita menjadi presiden (hampir mustahil). But see!! I finally made my dream became true (pardon my English ya, supaya terkesan keren begitu)
Pelajaran moral: Jangan takut bermimpi! (quote-nya basi ya? Tak apalah soalnya ini pengalaman nyata saya)
The Beginning
Rencana traveling ke korea baru benar-benar saya pikirkan setelah jumlah tabungan memungkinkan. Dimulai dari perbincangan iseng dengan Icha (teman kantor yang juga suka Korea) dan Tini (sahabat sejak kuliah) pada waktu dan tempat terpisah tentunya karena mereka berdua belum saling kenal waktu itu. Alhasil mereka setuju, dan sejak awal kita memang kepikiran bisa kesana secara mandiri, layaknya backpacker. Ditambah lagi kita punya personel lain yang sudah pernah ke sana sebelumnya, Wiwin (sepupu dari Icha).
Day after day, siklus kehidupan normal kami selingi dengan berbagai macam kehebohan mulai dari pemilihan waktu (yang akhirnya jatuh pada autumn), destinasi apa saja yang akan kami kunjungi sampai pada perburuan tiket murah yang tak pernah berujung. Setelah melewati berbagai perdebatan soal tiket akhirnya kami sampai pada kesimpulan “ikut open trip sajalah, biar gampang”. Kehebohan tiket pun berganti dengan kehebohan mencari open trip. Searching sana sini cari paket murah, diskusi, tidak cocok, cari lagi, diskusi, tidak cocok, cari lagi (sampai bosan).
Finally, saat kita mulai jenuh dengan kehebohan itu Wiwin akhirnya mengusulkan BWAMtrip.
“Ini yang dipake sama wiwin kemarin, Dong” kata Icha meyakinkan.
Bagus tidak? Terpercaya tidak? Harganya masuk akal tidak? Dan berbagai pertanyaan sejenis bermunculan di kolom komentar grup yang kami buat dan kuberi nama “Korea *Garumbang” (*bahasa Makassar yang memiliki arti konotasi heboh/ribut). Intinya, Wiwin saat itu jadi semacam jaminan bagi kami untuk mempercayakan traveling ini ke BWAMtrip.
Pembicaraan tentang BWAMtrip sempat terhenti beberapa waktu, hingga tiba pada suatu sore saat Wiwin memberi kabar bahwa paket BWAMtrip yang sesuai dengan jadwal yang telah kami rencanakan (Autumn 2017) itu hanya tersisa beberapa seat lagi.
The First step is DO REGISTER
Kehebohan pun kembali dimulai. Saya dan Icha mulai panik. Kita sudah pernah gagal dapat tiket karena kehabisan slot yang membuat kita menyerah berburu tiket murah, kali ini jangan sampai kehabisan lagi. Sontak saya langsung membuka akun Instagram BWAMtrip lalu cari tau cara daftarnya. Tanpa pikir panjang sore itu juga kami berempat langsung mendaftarkan diri untuk paket yang tersisa, beruntungnya pendaftaran di hari itu dapat promo bebas biaya visa.
Salah satu kemudahan yang ditawarkan BWAMtrip adalah sistem pembayarannya yang bisa diangsur dan kalau mau bayar penuh tanpa menyicil akan dapat potongan harga, menarik bukan?! Promo seperti ini tentunya hanya bisa kamu dapatkan di waktu-waktu tertentu. Jadi, bijaklah memilih waktu pendaftaran.
Waktu itu kami berempat sepakat daftar untuk paket 6 hari, tanggal 3-8 November 2017 (meski saya dan Wiwin akhirnya berpindah ke paket 9 hari menjelang keberangkatan). Problem solved.
Selanjutnya hari-hari penantian kami diisi dengan pengurusan paspor dan kelengkapan pengurusan visa yang juga tidak kalah hebohnya (kalau bagian ini harus dibuatkan cerita sepertinya butuh seri berbeda hahaha)
Intinya berkat bantuan tim BWAMtrip, pengurusan visa pun berjalan lancar dan kami berlima (ditambah dengan Yurni, teman Wiwin, yang mendaftar pada saat pengurusan visa) lolos. Alhamdulillah ya 🙂
Seoul, we’re coming!
D-day (3 in 1)
Akhirnya, hari yang dinantikan telah tiba. Beberapa hari sebelum keberangkatan semua peserta yang tergabung dalam paket trip yang sama dipertemukan dalam sebuah grup chat yang dibuat oleh Ms. Cindy, pemilik BWAMtrip. Grup itu diberi nama “Autumn 2017 Gr 1-2”. Grup ini memungkinkan untuk kami saling berkenalan dan berbagi itinerary sebelum berangkat sekaligus jadi ruang komunikasi saat berada di Seoul.
Meeting point kami adalah di Bandara Soekarno Hatta, dan karena kami adalah peserta dari Makassar jadi kami harus menempuh dua kali penerbangan, ke Jakarta lalu ke Seoul. Itu artinya kami akan mendatangi 3 bandara dalam satu kali perjalanan. Bandara Sultan Hasanuddin (Makassar), Bandara Soekarno Hatta (Jakarta), dan Bandara Incheon (Seoul).
Saya memang tipe orang yang mudah amazed oleh hal sekecil apapun, termasuk hal seperti ini.
I WON you so much
Kami adalah peserta tercepat yang tiba di meeting point, kami memang sengaja berangkat lebih awal dari Makassar untuk mengantisipasi keterlambatan pemberangkatan, tapi Alhamdulillah perjalanan dari Makassar ke Jakarta lancar jaya tanpa drama delay.
Peserta lain mulai berdatangan dan kami mulai berkenalan secara langsung satu per satu, termasuk Ms. Cindy. Setelah mengurus bagasi dan mendapat boarding pass kami lalu bergegas menuju ruang tunggu pemberangkatan. Di jalan menuju ruang tunggu kami sempat membahas soal uang Won yang sebelumnya kami titip kepada BWAMtrip untuk ditukarkan (demi mendapat rate yang lebih rendah). Lalu salah satu dari peserta menjawab, “katanya akan dibagi nanti”. Okay, mungkin akan dibagi setibanya di Korea.
Perjalanan dari Jakarta menuju Seoul memakan waktu 6 jam lebih. Setibanya di bandara Incheon, kami banyak berhenti pada spot-spot tertentu yang menarik untuk sekedar selfie atau mengabadikannya di Instastory. Kami juga sempat foto bersama dengan latar tulisan “Incheon Airport” (satu-satunya foto bersama grup autumn 2017 karena peserta masing-masing punya itinerary sendiri dan bebas menentukan destinasi yang ingin dikunjungi).
The News
Setelah melewati bagian Imigrasi kami bergegas menuju tempat pengambilan barang yang kami bagasikan. Tanpa harus menunggu lama, semua peserta akhirnya mendapatkan barang bawaannya masing-masing. Sebelum meninggalkan bandara Ms. Cindy mengajak kami untuk briefing sejenak.
Di luar dugaan ternyata briefing tersebut bukan briefing biasa. Dalam briefing Ms. Cindy menyampaikan kepada semua peserta bahwa uang Won yang telah kami tukarkan itu, hilang.
Kaget? iya. Marah? juga. Kecewa? apalagi. Tapi saya tidak banyak menunjukkan ekspresi sebagaimana harusnya. Mungkin karena perasaan bahagia telah tiba di Seoul masih lebih besar dibanding berita Won itu. Lebih banyak menggumam dalam hati, “bagaimana bisa?”
Sambil membungkukkan badan, Ms. Cindy menyampaikan permohonan maafnya kepada semua peserta. dia pun mengakui bahwa hal tersebut adalah kelalaiannya.
Ms. Cindy lalu melanjutkan kronologi hilangnya uang Won tersebut, dan akhirnya saya sampai pada pertanyaan “Lalu? saya bisa apa tanpa uang itu, di tempat ini, di tempat yang baru pertama kali saya kunjungi, dan jaaaaaaaaauuuuuuuuuuuh dari tempat saya berasal, jauh dari keluarga”.
Satu hal yang saya syukuri saat itu adalah, saya tidak sendiri. Saya berangkat bersama dengan 4 orang teman dan peserta lainnya, termasuk Ms. Cindy yang telah berjanji akan memakai uang pribadinya untuk mengganti uang kami sebagai bentuk tanggung jawabnya, meski uang pribadi yang Ms. Cindy miliki saat itu tidak akan cukup menggantikan uang seluruh peserta yang hilang, dan itu berarti kami masing-masing hanya akan mendapatkan sebagian dari uang yang telah kami rencanakan untuk digunakan selama di Seoul. Sisanya akan dikembalikan pada saat kembali ke Indonesia.
Saya mencoba berdamai dengan kondisi tersebut dan ya, saya tetap harus bersyukur, toh “sedikit” masih lebih baik daripada tidak punya sama sekali.
Mengingat bahwa berkunjung ke Korea adalah impian saya sejak lama, saya tidak ingin “drama Won” merusak liburan berharga ini. Story must go on!
So here we go, Seoul! I WON (baca:want) you so much!! yes, that much.
Selanjutnya hari-hari di Seoul berhasil kami lalui sampai dengan saat kembali ke Indonesia. Banyak cerita menarik dari perjalanan ini. Rutinitas seperti perjalanan dari satu stasiun ke stasiun yang lain, rute perjalanan kaki yang amat lumayan, kesasar, bertanya pada warga lokal, mencoba makanan khas Korea, dan yang tak kalah menarik adalah belanja (masih bisa belanja ya?!).
Pengalaman kehilangan WON banyak memberikan pelajaran bagi saya. Setelah kejadian itu saya menghibur diri sendiri dengan berpikir bahwa ini pasti ada hikmahnya. Benar saja, berkat kehilangan WON pengeluaran saya lebih terkontrol. Bayangkan saja, hari pertama tiba di Seoul kami langsung ke salah satu pusat perbelanjaan ternama di Seoul, Myeongdong. Jika saja saya dalam keadaan memegang uang saat itu, mungkin semua akan langsung habis di hari itu juga (karena kalap) dan itu berarti saya akan kekurangan di hari-hari berikutnya.
Satu hari saya mengalami drama lain. Kamera yang saya bawa (kamera pinjaman dari teman pula) terjatuh dan mengalami lecet yang cukup parah. Tapi jika mengingat kembali kejadian WON, kejadian kamera ini menjadi tidak berarti sama sekali.
Kejadian WON juga menjadi salah satu yang membuat saya bisa akrab dengan peserta lain (selain Makassar). Setiap kali bertemu di ruang makan, berpapasan di lift saat akan keluar dari penginapan, atau saat kebetulan kami berjalan bersama menuju stasiun, topik WON selalu jadi bahan utama kami. Bahkan ini jadi bedtimestory buat saya dan teman-teman kamar 4.8. Cara menyampaikannya pun bermacam-macam mulai dari versi serius sampai versi lucu-lucuan.
Hikmah terbesarnya adalah saya akhirnya merasakan traveling ala backpacker yang sebenarnya. Toh dari awal saya memang ingin merasakan sensasi menjadi seorang backpacker.
Backpacking rule number 1: harus berani dan siap menghadapi segala kemungkinan, bahkan kemungkinan yang tidak pernah bisa kamu bayangkan sebelumnya. Jika kamu merasa tidak sanggup, lebih baik jangan, berat, biar aku saja (hahahahaha).
Meet my SEOULmates!
Keinginan untuk backpacker-an memang besar tapi saya tahu diri, saya belum sanggup melakukannya sendirian apalagi ini akan jadi pengalaman pertama. Ini juga salah satu alasan kenapa kami memilih BWAMtrip. Konsepnya backpacking tapi kita tidak perlu repot mengurus tiket pesawat dan penginapan, karena semua diurus oleh BWAMtrip dan harganya pun affordable menurut saya.
Icha
Icha, ibu kece (soalnya sudah punya anak) yang punya peran penting. Dari semua daftar tujuan yang kami rencanakan, dialah yang berjasa mencari tahu alamat lengkap dengan direction-nya. Saya? cukup mengiyakan (dengan tampang sok tahu). Kami pernah salah stasiun karena keliru mengira City Hall Station sebagai Seoul Station saat akan berkunjung ke Cheonggyecheon Stream. Drama kesasar akhirnya terbayar setelah melihat lampion warna-warni dengan berbagai karakter menghiasi sepanjang sungai buatan itu.
Tini
Tini, perannya tidak kalah penting. Dia sering menyebut saya dengan julukan “Lisa”. Bukan karena mirip atau punya bakat nge-rap seperti Lisa Blackpink sih. Lisa itu singkatan dari Lincah Salah. Nah, peran Tini adalah mencegah penyakit Lisa itu kambuh. Dia juga rela meninggalkan Kopernya dan lari sampai ngos-ngosan mencari saya yang hampir ketinggalan kereta saat akan meninggalkan bandara menuju penginapan (aaaaaah, sahabat yang baik). Satu lagi, Tini itu fotografer yang sangat bisa diandalkan meski kadang dia sering jengkel jika tiba giliran saya untuk jadi fotografernya dan dia merasa kurang puas dengan hasilnya (mianhae L)
Yurni
Yurni, si polos yang selalu tenang (setidaknya ekspresinya berkata begitu). Dia yang paling santai di antara kami berlima, dan tidak mudah panik (termasuk saat dia terpisah dengan kami dan malah ikut rombongan lain melewati rute berbeda menuju penginapan). Satu hari kami bertiga (ditambah Icha) harus menempuh rute jalan kaki yang saaangat panjang dari Yeoido Park menuju KBS Building hanya untuk sekedar melihat salah satu lokasi syuting yang biasa digunakan untuk opening acara 1 Night 2 Days (yang nota bene Yurni sama sekali tidak kenal acara ini) dan dia ikut saja tanpa banyak mengeluh. Perjalanan kaki yang amat panjang itu terasa tidak melelahkan karena sepanjang jalan kami bisa menikmati pemandangan pohon-pohon dengan daun berwarna khas Autumn. Good Job Yurni!
Wiwin
Wiwin, angkatan senior di BWAMtrip. Peserta lain juga banyak meminta saran padanya soal destinasi atau petunjuk arah, khususnya menuju tempat-tempat berbau K-Pop. Bagi kami, anak Makassar, Wiwin ini adalah perantara komunikasi ke Cindy (hahahaha). Di awal-awal pendaftaran kami di BWAMtrip, saya sangat sering menganggu waktu berharganya hanya untuk sekedar memintanya menanyakan sesuatu ke Cindy (yang mungkin kurang penting). Gomawo Win.
Ersi dan Fiona
Ersi dan Fiona, duo peserta dari Jakarta yang juga merupakan personil kamar 4.8. Kami tidak pernah jalan bersama (nyaris pernah sih) tapi kami jadi akrab karena sekamar. Selalu ada perbincangan menarik sebelum kami tidur. Jargon khas mereka seperti “Sherina?” dan “Cucokmeong” kedengaran sangat imut dan lucu saja menurut saya. Mereka juga punya panggilan khusus untuk Cindy, “Mak Cindy”.
Rina, Udut dan Deasy
Rina dan Udut, juga dari Jakarta. Mereka teman jalan saya sejak Icha, Tini dan Yurni kembali ke Indonesia. Kami bahkan sempat membuat janji untuk bersama-sama ke Seoraksan tapi apa daya, langkah kami cukup sampai Haneul Park saja. Style Rina khas “Jumpsuit” sedangkan Udut khas “Dress”. Mereka juga baru saling mengenal di grup ini, tapi keakrabannya terlihat layaknya mereka sudah kenal sejak lama (Oh iya, kejadian kamera terjatuh itu pas lagi sama mereka).
Deasy, peserta lain dari Jakarta, adalah teman seperjuangan mencari gedung YG Entertainment, kehujanan sampai berputar-putar tak jelas di Myeongdong demi perburuan Crunk (boneka kecil khas karakter personel Bigbang). Deasy ini unik, dia tidak banyak menghabiskan uang untuk belanja seperti peserta lain pada umumnya (pakaian, kosmetik/skincare dsb) tapi justru membeli beberapa Crunk yang harganya fantastis menurut saya (Deasy bahkan berani ke Seoraksan seorang diri, Daebak!)
Baiti, Mba Leli, Amira, Mba Melda, Kaylee
Ada juga Baiti dan 4 peserta dari Surabaya (mba Leli, Amira, Mba Melda dan Kaylee) yang ikut ambil bagian pada moment berburu taksi di tengah malam karena jam operasi subway sudah berakhir (kelamaan belanja di Myeongdong sih, hahaha). Dan itu kejadiannya di hari pertama kita di Seoul, saya pribadi belum sempat berguru tentang cara naik Taksi yang baik dan benar di Seoul, tapi akhirnya kami berhasil pulang setelah menerima dua kali penolakan oleh sopir taksi. Sopir taksi di Seoul pada dasarnya baik, tapi mereka tidak begitu mengerti dengan bahasa inggris, jadi kalau tidak mau ditolak, kalian harus bisa menggunakan bahasa korea (level terbata-bata juga sudah OK).
(Kak) Cindy
Last but not least, (Kak) Cindy. Sekilas dia hanya seorang Tour Leader yang cool, tapi semakin hari dia menjadi semakin dekat dengan kami, layaknya peserta. Tidak butuh waktu lama untuk bisa akrab dengannya, apalagi di hari peserta 6 hari sudah pulang, dia ikut bergabung ke kamar 4.8. Kami juga mengunjungi Ihwa Mural Village (bersama dengan Wiwin, Baiti dan Deasy) dan Ewha Womans University di hari terakhir.
The others
Banyak teman, banyak cerita. 9 hari di Korea jadi lebih berwarna berkat mereka yang kebanyakan adalah teman baru. Saya juga sempat berkenalan dengan Fatima (Filipina) dan May (Vietnam) yang juga sedang berlibur di Korea saat itu serta beberapa warga lokal yang bersedia jadi guide kami selama di sana.
Seorang Kakek yang bersedia mengantar kami dari Seoul World Cup Stadium ke Haneul Park, Sepasang suami istri yang memberi saya jeruk saat di Haneul Park, Seorang Kakek yang bisa (sedikit) berbahasa Indonesia yang menemani kami menunggu bus saat di Petite France, seorang Nuna yang mengantar kami menemukan KBS Building, dan banyak warga lokal lainnya yang kami ajak bicara hanya untuk sekedar menanyakan petunjuk arah. Cara kami berkomunikasi pun bermacam-macam dan membutuhkan sedikit banyak usaha, kadang menggunakan bahasa inggris, sedikit berbahasa korea, sampai bahasa isyarat sekalipun (untung-untung mereka paham).
Pelajaran moral: Kita tidak pernah benar-benar sendiri. Kesasar itu masalah kecil, karena setiap orang yang kesasar pasti akan menemukan jalan untuk pulang, meski butuh waktu lebih lama.
Living in a Drama Life
Sejak awal menginjakkan kaki di Korea rasanya atmosfer pun tiba-tiba berubah ke mode Drama. Sejauh mata memandang saya bisa melihat tempat-tempat yang selama ini hanya bisa saya liat melalui layar TV, Laptop atau Smartphone.
Lagu-lagu hits Korea diputar dimana-mana, beberapa di antaranya terdengar familiar. Semua orang berjalan tergesah-gesah, saat menuju stasiun kereta atau halte bus, begitu pula saat baru turun dari kereta. Aksen mereka saat melakukan percakapan satu sama lain terdengar sangat familiar. Sepanjang jalan yang saya lalui saat meninggalkan dan akan kembali ke penginapan terasa sangat familiar. Ya, persis seperti apa yang ada di drama.
Tidak heran jika semua destinasi yang kami kunjungi mengambil referensi dari Drama Korea dan Variety Show.
Berbagai hal mulai dari memakai hanbok sambil berkeliling istana Gyeongbokgung layaknya aktor dan aktris dalam drama kolosal, berbaur dengan warga lokal di tempat-tempat umum, sensasi memegang “hot pack”, mencicipi Samgyettang, Odaeng, Pungoppang, Ramyeon, Chikin, dan kue beras adalah hal-hal kecil yang saat melakukannya bisa membuat memori saya memutar kembali beberapa scene tertentu. Yang paling menyenangkan adalah bisa melihat dan memegang daun maple dan ginkgo secara langsung (daun maple nya dibawa pulang dong ke Makassar, di press dan dijadikan gantungan kunci, dasar mellow!)
Back to Reality
Tiba saatnya untuk kembali ke Indonesia, 9 hari terasa begitu singkat tapi begitu banyak cerita yang kalau saya tuliskan secara detail di sini mungkin sudah bisa dijadikan novel (lebay).
Di hari kami akan pulang, semua peserta sepakat untuk tidak kemana-mana lagi agar bisa berangkat lebih awal ke bandara. Dari penginapan kami menaiki Van yang bisa memuat 7-8 orang beserta dengan koper dan barang bawaan lainnya menuju bandara.
Saatnya berpisah, saatnya kembali ke rutinitas normal. Terima kasih kepada BWAMtrip, khususnya kak Cindy, yang sudah memfasilitasi liburan ini dan mempertemukan saya dengan banyak teman baru yang baik. Saya kembali ke Makassar dengan membawa banyak cerita, semoga ada hari lain untuk kita bisa bertemu lagi mengukir cerita lain yang lebih menarik.
Seoul, this is how i WON you.
Amazing experience.
Absolutely yes… Kapan2 kak Dian harus coba sndiri hehehe
Akhirx “ambisimu” tercapai Dhonk 😁😘😘
Hahaha, ambisi lalo… Ayomi juga kak
Baca ini jdi pengen lg hahhaha
Cuuuuus, atur posisi hahaha
Mauta mi jugaa…kk idong
Ayomi tutut, segerakan hahaha
Emak2 jd kepgen juga…
Jangan salah kak nuni, teman jalanku kemarin itu 3 org diantarax emak2, hahaha bawa anaknya pula… Klo sama BWAMtrip Emak2 pun bisa jadi backpacker 😉
Emak2 hebat…klo sy angkat tangan bw anak jalan2 apalagi model backpacker…capek duluanka kejar2ki…
nnti saya temani kak hehehe… ato tunggumi aim besar, nnti dia yg ajakki backpacker-an hahahaha
Iya..ayo dech..tunggu aim besar penjelajah juga…hehehe
you damn cool, and oooh make me jealous!
Nulisnya bagus bgt sumvaaah
Should i try write a book then??? bwahahhaha… maaciy Nit sudah menyempatkan baca 😉
Wow hebat
thanks 🙂
Maaauuu juga dong kesanaa…….semoga suatu saat …Amiiin
aamiin 🙂
Wow…wonderfull
Ckckckck luar biasa anak muda
hahaha
Ikut…dong….btw korea..amazing…kapan yahh sy kesana frid…
maaciy kak 🙂 cuuus pasti bisa hehehe
Seru, jd pengen suatu saat nanti
Ayo ayo, sama BWAMtrip pasti bisa 😉
Jadi pingin ke korea juga 😍😍😍
Semoga bisa kesana jg kak ya 🙂 cuuus kepoin BWAMtrip kak, sapa tau ada paket yg cocok 😉
absolutely fantastic trip..what a great treveling…..
Thank you Om Bro 😉
Keren mmg adekku ini satu.. ditunggu trip selanjutnya..
Terharuku baca komen ta… Hahahaha makasih kak kiki 🙂
pantas makin mirip orang korea dii
hahaha, iyakah??… makasih sdh mampir kak Bud 🙂
Liat foto fotonya bikin Nyesek wkwkw
Asli Kereen
klo di korea sih kak Fir jepret sambil tutup mata juga hasilnya tetap Bagus, buktinya amatiran kek saya pun bisa dpt gambar kece (tsah, jadi Ge-eR ) hahaha,,
Cus lah rencanakan traveling ke Korea kak (Jepang juga bisa) supaya bisa capture foto2 keren juga.. Eits jgn lupa perginya sama BWAMtrip, highly recommended 😉
It’s really inspired me. Hope to go there asap. I’ll see u soon Seoul❤❤
Good to hear that, thank you 🙂
anw you better go check BWAMtrip info to find out one of the packages that could bring you to Seoul immidiately 😉
Luar biasa cika’
Makasi cika’ hahahaha
Ajak azkia duluee ke korea juga bonda
Ayomi, nabung mki dr skrng naah 😉
Keren, semoga nnti bisa ke sana juga
Aamiin, makasih sdh mampir baca dan komen 🙂
Serunya, jadi mau juga
Ayo ayo, bersama BWAMtrip urusan backpacking jd lebih mudah, semua pasti bisa 😉
Aaaaak envy beuut
Next time bolehlah kita kesana bareng, okey?! 😉
Wow, untung yang punya travel bertanggung jawab..
Profesional
Itulah kak Cindy, hehehe
Percayalah BWAMtrip, especially kak cindy,
itu sangat trustable 😉
Alhamdulillah yaaaa…sdh tercita capai2nya eh tabbaleki hahahha
Hahaha, alhamdulillah ya… Doakan bisa menang kak nah 😉 spy bisa kesana lagi hehehe
😍😍😍
😊😊😊
Jadi kangen pengen kesana lgi,,,😍😘
Next time bisalah bareng BWAMtrip perginya kak 😉